Selamat datang di website MTsN 3 Mataram, Madrasah Uswah (Unggul, Santun, ber-Wawasan, ber-Akhlak dan Handal)

Upacara MTsN 3 Mataram: Pembina Tegaskan Beda Kedisiplinan dan Perbudakan dalam Dunia Pendidikan

Kelas VIII-6 Bertugas, Pembina Upacara Tekankan Makna Disiplin dan Cipta Guru–Siswa

Upacara Senin MTsN 3 Mataram

Mataram – MTsN 3 Mataram kembali menyelenggarakan upacara bendera rutin pada Senin, 17 November 2025 di lapangan utama madrasah. Bertindak sebagai petugas adalah Kelas VIII-6 dengan Wali Kelas Ibu Nurul Apriani, yang tampil rapi, kompak, dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugas keprotokolan, pembacaan doa, pengibaran bendera, hingga pembacaan doa.

Upacara dipimpin oleh Ibu Ricka Dwi Noviana, Pembina UKS dan PMR MTsN 3 Mataram, yang pada kesempatan tersebut menyampaikan amanat penting mengenai hubungan guru dan siswa, serta makna kedisiplinan dalam kehidupan bermasyarakat.

Berjalannya Upacara

Upacara dimulai pukul 07.00 WITA dengan persiapan petugas dan barisan seluruh peserta didik kelas VII, VIII, dan IX. Hadir pula Kepala MTsN 3 Mataram H. Marzuki, para Wakil Kepala Madrasah, dewan guru, staf tata usaha, serta mahasiswa PPL Unram yang mengikuti jalannya upacara.

Dalam pembukaan amanatnya, Pembina Upacara mengucapkan syukur dan doa:

“Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh… Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena berkat rahmat-Nya kita dapat berkumpul hari ini untuk melaksanakan upacara bendera".

Ibu Ricka juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh petugas upacara dari Kelas VIII-6 yang dinilai telah menjalankan tugas dengan sangat baik.

Amanat Pembina Upacara: “Cipta Kita – Guru dan Siswa”

Dalam amanatnya yang berjudul “Cipta Kita: Aku, Kamu, Kalian, dan Kami – Guru dan Siswa”, Ibu Ricka mengajak seluruh peserta didik untuk memahami kembali esensi hubungan guru–siswa di sekolah serta pentingnya mematuhi aturan sebagai bentuk latihan hidup bermasyarakat.

Ia menyoroti banyaknya berita negatif terkait perselisihan antara guru dan siswa di berbagai media belakangan ini. Sebuah refleksi kritis pun disampaikan:

“Akhir-akhir ini banyak pemberitaan negatif terkait guru dan siswa… Ada siswa yang melakukan pelanggaran, tetapi menganggapnya ringan dan keberatan dengan cara guru mendidik. Tak sedikit pula guru yang justru berakhir dipukuli atau dipersalahkan oleh orang tua siswa”, ucapnya

Ibu Ricka lalu membagikan sebuah dialog inspiratif antara seorang siswa dan guru tentang aturan kerapian rambut dan pakaian.

Ketika seorang siswa bertanya mengapa harus berambut rapi dan memakai seragam yang teratur, guru menjawab:

“Betul, Nak. Tidak ada kaitannya antara gaya rambut dan kecerdasan otak. Tetapi kalian harus paham bahwa ada perbedaan antara perbudakan dan kedisiplinan di sekolah.”

Kemudian ia melanjutkan:

“Memakai seragam rapi, datang tepat waktu, dan menjaga penampilan bukan bentuk perbudakan. Itu adalah proses pembelajaran untuk hidup bersama. Seragam bukan soal kain, tetapi soal kesetaraan. Potongan rambut bukan soal gaya, tetapi soal mengecilkan ego dan menghargai orang lain”, ungkapnya 

Pada bagian akhir amanat, Ibu Ricka menegaskan bahwa setiap siswa harus siap mematuhi norma masyarakat setelah lulus dari sekolah:

“Jika kalian tidak siap mematuhi norma-norma baik, maka kalian harus siap menjadi sampah di dalam masyarakat” tegasnya 

Ibu Ricka menutup amanatnya dengan sebuah nasihat dari Imam Syafi’i:

“Jika kalian lelah menuntut ilmu, maka kalian harus siap menghadapi perihnya kebodohan”, kutipnya

Menutup Upacara dengan Lagu Kebangsaan

Setelah amanat, tim paduan suara menyanyikan lagu wajib nasional “Dari Sabang Sampai Merauke”, sebagai bentuk penguatan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air. Upacara ditutup dengan pembacaan doa dan laporan komandan upacara.

Penegasan Nilai Karakter

Kegiatan upacara ini tidak hanya menjadi rutinitas, melainkan menjadi sarana pembinaan karakter kedisiplinan, tanggung jawab, dan cinta tanah air. Pesan moral dari Pembina Upacara diharapkan mampu memperkuat sinergi antara guru dan siswa dalam menciptakan lingkungan belajar yang damai, aman, dan penuh penghargaan.

Redaksi oleh: Ruslan Wahid 

Foto: Keisha (Jurnalis KIR)

0 Komentar